Kisah Prajurit

MAJALAH PALAGAN : Kisah Prajurit
PRAKA Mar. PUJI UTOMO
Sosok yang layak kita soroti dedikasinya kali ini, tak lain adalah Praka Marinir Puji Utomo. Prajurit yang turut berjuang membela kedaulatan NKRI ini, harus merelakan kenyataan mengalami cacat di kedua kakinya. Jika dirunut ke belakang dari perjalanan hidup dia, menjadi tentara merupakan impiannya sejak kecil. Begitu kuatnya citra sosok prajurit dalam dirinya, sehingga sejak menamatkan pendidikan SMA-nya, dengan tekad bulat dia langsung mendaftarkan diri menjadi tentara. Dengan posisinya sebagai Praka Marinir, ia mengaku merasa bangga sebagai prajurit. Pemuda tegap yang menggemari sepak bola ini, lahir di

Fly Over

SUWANDHI : Dengan TU-16 Fly Over di Atas Kuala Lumpur
Sumber & Credit for : Angkasa–Suwandi Sudjono Dengan Tu-16 Fly Over Kualalumpur–
Tahun 1961, dia menjemput dua pesawat Tu-16 Badger ke Rusia. Sembilan tahun kemudian, 1970, dia pula yang menerbangkan pembom raksasa itu untuk terakhir kali dan langsung meng-grounded. Seperti sudah menjadi pengetahuan bersama, Indonesia pernah mengoperasikan pembom strategis, Tupolev Tu-16 Badger. Jumlahnya tidak tanggung-tanggung, 24 pesawat. 12 versi pembom (Badger A), 12 pesawat lagi versi pembopong rudal anti kapal permukaan KS-1 (AS-1 Kennel). Versi pembom dioperasikan Skadron 41, sementara Tu-16 KS di Skadron 42. Keduanya beroperasi dibawah kendali Wing 003.
Marsma (Pur) Suwandi Sudjono, penerbang Indonesia pertama yang flight)

Pertempuran laut Arafuru

Sumber Angkasa
KALAU SAJA TERPEDO SUDAH MELENGKAPI ARMADA KAPAL CEPAT STC-9
PIMPINAN KOLONEL SUDOMO, MUNGKIN TIDAK AKAN SETRAGIS ITU
PERTEMPURAN MELAWAN FRIGAT BELANDA..!!
Kolonel Laut Sudomo yang kala itu menjabat sebagai Kepala Direktorat Operasi dan Latihan MBAL, dan mendapat perintaj langsung dari Men / Pangl Laksamana RE. Martadinata untuk menyiapkan sasaran operasi, cukup "pening" juga di buatnya. Namun sebagai perwira yang selalu siap menerima perintah atasan, Sudomo tidak gentar. Ia segera mengumpulkan staff nya. Pada saat itu ALRI baru saja membeli 8 unit Kapal Cepat Terpedo (KCT)/Motor Terpedo Boat (MTB) dari Jerman Barat. Empat diantaranya inilah yang kemudian di gunakan oleh Sudomo untuk mengangkut pasukan, yakni RI Macan Tutul, RI Macan Kumbang, RI Harimau, serta RI Singa. Satuan ini di beri nama Satuan Tugas Khusus ( STK )-9 yang langsung di komandani oleh Kolonel Sudomo.

36 Jam

36 Jam di Kejar Patroli Belanda
KISAH AWAK KAPAL SELAM KRI NAGABANDA DALAM OPERASI TRIKORA
sumber Angkasa
Awal Juni 1962 kapal selam RI Nagabanda dan beberapa kapal selam lain yang tergabung dalam satuan kapal selam di berangkatkan dari Surabaya menuju titik rendezvous di sebuah teluk di Halmahera untuk mendapat perintah operasi lebih lanjut. Setiap kapal selam selain membawa awaknya, juga membawa 1 regu ( 12 orang ) RPKAD yang akan di turunkan di tempat yg di tentukan. Komandan satuan kapal selam adalah Letkol RP.Poernomo menyebutkan dalam istilah briefing, tujuan operasi adalah Tanah Merah, suatu tempat di Hollandia ( Jayapura ). Berangkat dari Halmahera, kapal selam menyusuri laut jauh di bagian utara Irian. Setelah berada di Tanjung Tanah Merah, mereka berlayar pada malam hari saja sambil mengisi baterai. Pukul lima pagi mereka menyelam lagi hingga matahari terbenam. Satuan kapal selam melakukan tugas pengintaian dan pemetaan menggunakan periskop untuk operasi pendaratan pada waktunya. Setelah tugas itu selesai, mereka kembali lagi ke titik rendezvous di Halmahera melalui jalur semula namun lebih dekat ke pantai.

Hantu

Matinya Sang "Hantu" 
Sumber : TEMPO
Matinya Sang "Hantu" : Kisah RPKAD Meringkus Gembong PKI Gaya Baru SIAPA yang mengorganisir penyebaran pamfet dari Pontianak ke Pemangkat dalam beberapa jam di malam tanggal 25 Mei tahun 1972 yang lalu? (TEMPO, 30 September 72 - Laporan Utama). Orang itulah yang mula-mula dicari Brigjen Seno lartono ketika awal tahun 1973 dia memimpin Kodam XII Tanjungpura. Tapi betulkah orangnya masih ada atau setidak-tidaknya belum mati. Informasi yang samar-samar ini rupanya tidak menghalangi perwira tinggi RPKAD itu buat menetapkan kesimpulan bahwa "S.A. Sofyan masih ada". Dan masih hidup di daerah Kalimantan Barat. Tapi di mana pula tempat sembunyinya orang yang punya harga kepala Rp 3 juta itu. Inilah soal yang masih gelap. Sementara masyarakat mempercakapkan bahwa Sofyan orang yang punya ilmu menghilang, kebal terhadap peluru dan macam-macam lagi.

Kisah Kakekku

TRIKORA : Kisah Kakekku
Credit for agan ..........?
Kakek ku adalah mantan Anggota TNI AD dengan pangkat terakhir Peltu...suatu saat bercerita tentang operasi Linud yang diikutinya di daerah Kaimana Irian Barat saat terjadi operasi Trikora.
Mengawali karir militer sebagai Tamtama (prajurit dua) di Satuan Kujang Siliwangi waktu itu dan setelah menempuh pendidikan Para di Batujajar beliau langsung dipersiapkan untuk mengikuti operasi Trikora merebuat Irian Barat. Beliau masih ingat bahwa selama latihan para prajurit Linud ini di driil dengan pesawat C47 Dakota, namun setelah terjadi penghadangan oleh pihak Belanda sampai sebuah C47 AURI terpaksa Ditching di laut maka pola penerjunan dirubah dengan menggunakan C130 Herculles yang kecepatannya lebih cepat dan memiliki kapasitas angkut yang lebih besar.

Operasi SEROJA

66 Personel Grup 1 RPKAD/Kopassus Gugur Pada Awal Operasi SEROJA
Sumber & Credit for : GATRA
Suatu hari di bulan Agustus 1975, Brigadir Jenderal TNI Yogie S. Memed selaku Danjen RPKAD (sekarang Kopasus) memanggil Letnan Kolonel Inf. Soegito. "Gito, kamu siapkan pasukan untuk serbu Timor, nanti kamu dengan Grup 2, untuk koordinasi kamu boleh ke Magelang," perintah Yogie singkat. Hari itulah untuk pertama kali Soegito mendengar rencana penyerangan ke Timtim.
Sesuai perintah, RPKAD diminta menyiapkan pasukan sebanyak 500 orang, gabungan Grup 1 berjumlah 265 orang dan Grup 2 yang berjumlah 235 orang. Tidak boleh lebih, tidak boleh kurang, begitu bunyi perintah. Kepada anak buahnya, Soegito hanya bilang bahwa Grup akan mengadakan latihan penerjunan Wibawa VIII di Dili. Dalam waktu relatif singkat, koordinasi dan latihan segera dilakukan dengan Grup 2 yang dipimpin Letkol Inf Soetarno.

Letjen KKO Hartono

KEMATIAN LETJEN KKO HARTONO MASIH MISTERI
JAKARTA - Seandainya Pemerintah Orde Baru mau berterus terang lewat berbagai argumentasi ilmiah, mungkin kematian Letnan Jenderal KKo (sekarang Marinir) Hartono yang sudah terjadi 28 tahun lalu tidak lagi menjadi bahan pembicaraan Negatif di kalangan rekan sejawatnya.
Korban yang dimakamkan secara militer di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta Selatan pada tanggal 7 Januari 1971 diduga meninggal di kediamannya jalan Prof Dr Soepomo akibat pembunuhan oleh orang tak dikenal. Bukan seperti yang dijelaskan secara tersembunyi oleh rezim Orde Baru sebagai bunuh diri dengan menggunakan senjata api pistol miliknya sendiri.