AH Nasution

Jenderal Besar TNI (Purn.) Abdul Haris Nasution (lahir di Kotanopan, Sumatera Utara, 3 Desember 1918 – meninggal di Jakarta, 6 September 2000 pada umur 81 tahun) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang merupakan salah satu tokoh yang menjadi sasaran dalam peristiwa Gerakan 30 September, namun yang menjadi korban adalah putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya, Lettu Pierre Tendean.

Amirmachmud

Amirmachmud (lahir di Cimahi, 21 Februari 1923 – meninggal di Cimahi, 21 April 1995 pada umur 72 tahun) adalah seorang Jenderal Militer Indonesia yang merupakan saksi mata penandatanganan Supersemar, sebuah dokumen serah terima kekuasaan dari Presiden Sukarno kepada Jenderal Suharto.

Awal kehidupan
Amirmachmud lahir pada 21 Februari 1923 di Cimahi, Jawa Barat. Ia adalah anak

Basuki Rahmat

Basuki Rahmat (lahir di Tuban, Jawa Timur, Hindia Belanda, 4 November 1923 – meninggal di Jakarta, Indonesia, 8 Januari 1969 pada umur 45 tahun) adalah Jenderal Indonesia dan menjadi saksi penandatanganan Supersemar dokumen serah terima kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada Jenderal Soeharto.

Awal Kehidupan
Basuki Rahmat lahir pada 4 November 1921 di Tuban, Jawa Timur. Ayahnya, Raden Soenodihardjo Sudarsono, menjadi asisten seorang kepala daerah setempat. Ibunya,

M. Jusuf

Jenderal TNI (Purn.) Andi Muhammad Jusuf Amir (lahir di Kajuara, Bone, Sulawesi Selatan, 23 Juni 1928 – meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 September 2004 pada umur 76 tahun) atau lebih dikenal dengan nama Jenderal M. Jusuf adalah salah tokoh militer Indonesia yang sangat berpengaruh dalam sejarah kemiliteran Indonesia. Ia juga merupakan salah satu keturunan bangsawan dari suku Bugis—hal ini dapat dilihat dengan gelar Andi pada namanya—akan tetapi melepaskan gelar kebangsawanannya itu pada tahun 1957 dan tidak pernah menggunakannya lagi.

Poniman

Jenderal (Purn.) Poniman (lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 18 Juli 1926 – meninggal di Jakarta, 30 April 2010 pada umur 83 tahun adalah Menteri Pertahanan Republik Indonesia dari 19 Maret 1983 - 21 Maret 1988. Ia menjalani pendidikannya di HIS, MULO, Kambu Kyoiku Tai, SSKAD V, Bandung (1956) dan Seskoad, Bandung (1964). Ia menikah dengan Ida Djubaedah dan dikaruniai empat orang anak. Ia memperoleh 17 penghargaan berupa bintang dan tanda jasa.

Himawan Soetanto

Letjen TNI (Purn) R. Himawan Soetanto (lahir di Magetan, Daerah Istimewa Surakarta, 14 September 1929 – meninggal di Jakarta Selatan, 20 Oktober 2010 pada umur 81 tahun) adalah seorang perwira tinggi TNI AD dan juga mantan Panglima Komando Strategis Cadangan Angkatan Darat. Ayahnya Mohamad Mangoendiprodjo, zaman Jepang Daidancho Sidoarjo, Kepala Komandemen Jawa Timur, Kepala Staf Kementerian Pertahanan dan menjadi Penasehat Panglima Besar Sudirman. Pada Tahun 1946-1948, 1954, 1956,

Leo Lopulisa

Letjen TNI (Purn) Leo Lopulisa (lahir di Bandung, 23 November 1926 – meninggal di Jakarta, 14 September 2009 pada umur 82 tahun) adalah seorang purnawirawan perwira tinggi militer Indonesia. Ia tercatat pernah menjadi Panglima Kodam I/Bukit Barisan, Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat dari 4 Januari 1975 hingga 19 Januari 1978, Panglima Kowilhan III/Sulawesi-Kalimantan tahun 1978-1981 dan Duta Besar Indonesia untuk Filipina antara tahun 1981 sampai 1983.
Source, http://id.wikipedia.org/wiki/Leo_Lopulisa

R. Soeprapto

R. Soeprapto (lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 12 Agustus 1924 – meninggal di Jakarta, 26 September 2009 pada umur 85 tahun) adalah salah satu mantan Gubernur Jakarta. Kariernya dimulai dari militer dan pada tahun 1982 dia menjadi Gubernur Jakarta selama satu periode.
Sebelum menjabat sebagai gubernur, ia adalah Sekretaris Jenderal Depdagri. Dengan pengalaman kepemimpinannya, Soeprapto mencoba menangani masalah Jakarta yang kompleks. Ia memulai kepemimpinannya dengan mengajukan konsep yang pragmatis dan bersih tentang pembangunan Jakarta

Tjokropranolo

Tjokropranolo (lahir di Temanggung, Jawa Tengah, 21 Mei 1924 – meninggal di Jakarta, Indonesia, 22 Juli 1998 pada umur 74 tahun) atau lebih akrab dengan panggilan Bang Nolly adalah salah satu mantan Gubernur DKI Jakarta dan tokoh militer dalam sejarah perjuangan Indonesia. Dia menjadi pengawal pribadi Panglima Besar Soedirman pada masa Revolusi Nasional Indonesia melawan pendudukan Belanda. Dia turut meloloskan Soedirman dari serangan maut tentara Belanda yang berkali-kali melakukan percobaan pembunuhan

Ali Sadikin

Ali Sadikin (lahir di Sumedang, Jawa Barat, 7 Juli 1927 – meninggal di Singapura, 20 Mei 2008 pada umur 80 tahun)[1] adalah seorang letnan jenderal KKO-AL (Korps Komando Angkatan Laut) yang ditunjuk oleh Presiden Soekarno menjadi Gubernur Jakarta pada tahun 1966. Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Deputi Kepala Staf Angkatan Laut, Menteri Perhubungan Laut Kabinet Kerja, Menteri Koordinator Kompartemen Maritim/Menteri Perhubungan Laut Kabinet Dwikora dan Kabinet Dwikora yang disempurnakan di bawah pimpinan Presiden

John Lie

Laksamana Muda TNI (Purn) John Lie Tjeng Tjoan, atau yang lebih dikenal sebagai Jahja Daniel Dharma (lahir di Manado, Sulawesi Utara, 9 Maret 1911 – meninggal di Jakarta, 27 Agustus 1988 pada umur 77 tahun) adalah salah seorang perwira tinggi di Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut dari etnis Tionghoa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Terdapat versi lain atas tanggal lahirnya yaitu 11 Maret 1911.

RHA Wiriadinata

Marsekal Muda TNI (Anumerta) Raden Atje Wiriadinata (lahir di Situreja, Sumedang, Jawa Barat, 15 Agustus 1920; umur 94 tahun) dan mengawali karier militernya di Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP) AURI dengan pangkat OMO (Opsir Muda Oedara) II. Saat perang kemerdekaan melawan Belanda pasukan ini begitu disegani karena hanya mereka satu-satunya yang memiliki senjata 12,7 mm. Karena kehebatannya, Wiriadinata kemudian diangkat menjadi Komandan

Soerjadi Soerjadarma

Laksamana Udara Soerjadi Soerjadarma (lahir di Banyuwangi, Jawa Timur, 6 Desember 1912 – meninggal di Jakarta, 16 Agustus 1975 pada umur 62 tahun adalah Kepala Staf TNI Angkatan Udara dari 1946 hingga 1962. Pada 1 September 1945 ia ditugaskan membentuk AURI oleh Presiden Soekarno dan diangkat sebagai KASAU (Pertama) pada 9 April 1946. Pada 18 Februari 1960, selain sebagai KASAU jabatannnya ditingkatkan sebagai Menteri/Kastaf AURI. Suryadi Suryadarma sebagai pendiri dan Bapak AURI – tidak hanya berperan

Omar Dhani

Marsekal Madya TNI Purn. Omar Dhani (lahir di Solo, Jawa Tengah, 23 Januari 1924 – meninggal di Jakarta, 24 Juli 2009 pada umur 85 tahun) adalah Kepala Staf TNI Angkatan Udara periode 1962 - 1965. Ia merupakan putra dari KRT Reksonegoro, Asisten Wedana Gondangwinangun, Klaten. Tahun 1956, ia mendapat tugas belajar pada Royal Air Force Staff College di Andover, Inggris.

Masa remaja
Omar Dhani mengawali pendidikan di Hollandsch Inlandsche School (HIS) Klaten, Jawa Tengah tahun 1937. Kemudian di SMA Negeri 1 Surakarta dan

Roesmin Noerjadin

Roesmin Noerjadin (lahir di Malang, Jawa Timur, 31 Mei 1930 – meninggal di -, 30 Oktober 1994 pada umur 64 tahun) adalah Kepala Staf TNI Angkatan Udara dari 31 Maret 1966 hingga 10 November 1969. Ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Perhubungan.
Pendidikan yang pernah dienyam antara lain, Sekolah Perwira Penerbang AURI, Kalijati (1954) dan RAF'S Flight Instructor School (1955). Jabatan yang pernah dipegang sebagai, Penjabat Komandan Skuadron XI (1958-1962), Kastaf

Sri Mulyono Herlambang

Sri Mulyono Herlambang (lahir di Solo, Jawa Tengah, 9 November 1930 – meninggal di Jakarta, 21 Mei 2007 pada umur 76 tahun) adalah Kepala Staf TNI Angkatan Udara dari 27 November 1965 hingga 31 Maret 1966.
Pendidikan yang pernah dienyam antara lain, Sekolah Penerbang TALOA di California, AS (1952), Sekolah Ilmu Siasat & Dasar Kemiliteran AURI, Jakarta (1954), dan Royal Air Force, Staff CollegewAndover, Inggris (1960). Jabatan

Nawaksara

Nawaksara adalah sebuah judul pidato yang dilakukan Sukarno pada tanggal 22 Juni 1966 dalam Sidang Umum ke-IV MPRS.

Petikan naskah pidato
"Sembilan di dalam bahasa Sanskerta adalah "Nawa". Eka, Dwi, Tri, Catur, Panca, enam-yam, tujuh-sapta, delapan-hasta, sembilan-nawa, sepuluh-dasa. Jadi saya mau beri nama dengan perkataan "Nawa". "Nawa" apa? Ya, karena saya tulis, saya mau beri nama "NAWA AKSARA", dus "NAWA iAKSARA" atau kalau mau disingkatkan "NAWAKSARA". Tadinya ada orang yang mengusulkan diberi nama "Sembilan Ucapan Presiden". "NAWA SABDA". Nanti kalau saya kasih nama Nawa Sabda, ada saja yang salah-salah berkata: "Uh, uh, Presiden bersabda". Sabda itu seperti raja bersabda. Tidak, saya tidak mau memakai perkataan "sabda" itu, saya mau memakai perkataan "Aksara"; bukan dalam arti tulisan, jadi ada aksara latin, ada aksara Belanda dan sebagainya. NAWA AKSARA atau NAWAKSARA, itu judul yang saya berikan kepada pidato ini. Saya minta wartawan-wartawan mengumumkan hal ini, bahwa pidato Presiden dinamakan oleh Presiden NAWAKSARA."

Kisah Prajurit

MAJALAH PALAGAN : Kisah Prajurit
PRAKA Mar. PUJI UTOMO
Sosok yang layak kita soroti dedikasinya kali ini, tak lain adalah Praka Marinir Puji Utomo. Prajurit yang turut berjuang membela kedaulatan NKRI ini, harus merelakan kenyataan mengalami cacat di kedua kakinya. Jika dirunut ke belakang dari perjalanan hidup dia, menjadi tentara merupakan impiannya sejak kecil. Begitu kuatnya citra sosok prajurit dalam dirinya, sehingga sejak menamatkan pendidikan SMA-nya, dengan tekad bulat dia langsung mendaftarkan diri menjadi tentara. Dengan posisinya sebagai Praka Marinir, ia mengaku merasa bangga sebagai prajurit. Pemuda tegap yang menggemari sepak bola ini, lahir di

Fly Over

SUWANDHI : Dengan TU-16 Fly Over di Atas Kuala Lumpur
Sumber & Credit for : Angkasa–Suwandi Sudjono Dengan Tu-16 Fly Over Kualalumpur–
Tahun 1961, dia menjemput dua pesawat Tu-16 Badger ke Rusia. Sembilan tahun kemudian, 1970, dia pula yang menerbangkan pembom raksasa itu untuk terakhir kali dan langsung meng-grounded. Seperti sudah menjadi pengetahuan bersama, Indonesia pernah mengoperasikan pembom strategis, Tupolev Tu-16 Badger. Jumlahnya tidak tanggung-tanggung, 24 pesawat. 12 versi pembom (Badger A), 12 pesawat lagi versi pembopong rudal anti kapal permukaan KS-1 (AS-1 Kennel). Versi pembom dioperasikan Skadron 41, sementara Tu-16 KS di Skadron 42. Keduanya beroperasi dibawah kendali Wing 003.
Marsma (Pur) Suwandi Sudjono, penerbang Indonesia pertama yang flight)

Pertempuran laut Arafuru

Sumber Angkasa
KALAU SAJA TERPEDO SUDAH MELENGKAPI ARMADA KAPAL CEPAT STC-9
PIMPINAN KOLONEL SUDOMO, MUNGKIN TIDAK AKAN SETRAGIS ITU
PERTEMPURAN MELAWAN FRIGAT BELANDA..!!
Kolonel Laut Sudomo yang kala itu menjabat sebagai Kepala Direktorat Operasi dan Latihan MBAL, dan mendapat perintaj langsung dari Men / Pangl Laksamana RE. Martadinata untuk menyiapkan sasaran operasi, cukup "pening" juga di buatnya. Namun sebagai perwira yang selalu siap menerima perintah atasan, Sudomo tidak gentar. Ia segera mengumpulkan staff nya. Pada saat itu ALRI baru saja membeli 8 unit Kapal Cepat Terpedo (KCT)/Motor Terpedo Boat (MTB) dari Jerman Barat. Empat diantaranya inilah yang kemudian di gunakan oleh Sudomo untuk mengangkut pasukan, yakni RI Macan Tutul, RI Macan Kumbang, RI Harimau, serta RI Singa. Satuan ini di beri nama Satuan Tugas Khusus ( STK )-9 yang langsung di komandani oleh Kolonel Sudomo.

36 Jam

36 Jam di Kejar Patroli Belanda
KISAH AWAK KAPAL SELAM KRI NAGABANDA DALAM OPERASI TRIKORA
sumber Angkasa
Awal Juni 1962 kapal selam RI Nagabanda dan beberapa kapal selam lain yang tergabung dalam satuan kapal selam di berangkatkan dari Surabaya menuju titik rendezvous di sebuah teluk di Halmahera untuk mendapat perintah operasi lebih lanjut. Setiap kapal selam selain membawa awaknya, juga membawa 1 regu ( 12 orang ) RPKAD yang akan di turunkan di tempat yg di tentukan. Komandan satuan kapal selam adalah Letkol RP.Poernomo menyebutkan dalam istilah briefing, tujuan operasi adalah Tanah Merah, suatu tempat di Hollandia ( Jayapura ). Berangkat dari Halmahera, kapal selam menyusuri laut jauh di bagian utara Irian. Setelah berada di Tanjung Tanah Merah, mereka berlayar pada malam hari saja sambil mengisi baterai. Pukul lima pagi mereka menyelam lagi hingga matahari terbenam. Satuan kapal selam melakukan tugas pengintaian dan pemetaan menggunakan periskop untuk operasi pendaratan pada waktunya. Setelah tugas itu selesai, mereka kembali lagi ke titik rendezvous di Halmahera melalui jalur semula namun lebih dekat ke pantai.

Hantu

Matinya Sang "Hantu" 
Sumber : TEMPO
Matinya Sang "Hantu" : Kisah RPKAD Meringkus Gembong PKI Gaya Baru SIAPA yang mengorganisir penyebaran pamfet dari Pontianak ke Pemangkat dalam beberapa jam di malam tanggal 25 Mei tahun 1972 yang lalu? (TEMPO, 30 September 72 - Laporan Utama). Orang itulah yang mula-mula dicari Brigjen Seno lartono ketika awal tahun 1973 dia memimpin Kodam XII Tanjungpura. Tapi betulkah orangnya masih ada atau setidak-tidaknya belum mati. Informasi yang samar-samar ini rupanya tidak menghalangi perwira tinggi RPKAD itu buat menetapkan kesimpulan bahwa "S.A. Sofyan masih ada". Dan masih hidup di daerah Kalimantan Barat. Tapi di mana pula tempat sembunyinya orang yang punya harga kepala Rp 3 juta itu. Inilah soal yang masih gelap. Sementara masyarakat mempercakapkan bahwa Sofyan orang yang punya ilmu menghilang, kebal terhadap peluru dan macam-macam lagi.

Kisah Kakekku

TRIKORA : Kisah Kakekku
Credit for agan ..........?
Kakek ku adalah mantan Anggota TNI AD dengan pangkat terakhir Peltu...suatu saat bercerita tentang operasi Linud yang diikutinya di daerah Kaimana Irian Barat saat terjadi operasi Trikora.
Mengawali karir militer sebagai Tamtama (prajurit dua) di Satuan Kujang Siliwangi waktu itu dan setelah menempuh pendidikan Para di Batujajar beliau langsung dipersiapkan untuk mengikuti operasi Trikora merebuat Irian Barat. Beliau masih ingat bahwa selama latihan para prajurit Linud ini di driil dengan pesawat C47 Dakota, namun setelah terjadi penghadangan oleh pihak Belanda sampai sebuah C47 AURI terpaksa Ditching di laut maka pola penerjunan dirubah dengan menggunakan C130 Herculles yang kecepatannya lebih cepat dan memiliki kapasitas angkut yang lebih besar.

Operasi SEROJA

66 Personel Grup 1 RPKAD/Kopassus Gugur Pada Awal Operasi SEROJA
Sumber & Credit for : GATRA
Suatu hari di bulan Agustus 1975, Brigadir Jenderal TNI Yogie S. Memed selaku Danjen RPKAD (sekarang Kopasus) memanggil Letnan Kolonel Inf. Soegito. "Gito, kamu siapkan pasukan untuk serbu Timor, nanti kamu dengan Grup 2, untuk koordinasi kamu boleh ke Magelang," perintah Yogie singkat. Hari itulah untuk pertama kali Soegito mendengar rencana penyerangan ke Timtim.
Sesuai perintah, RPKAD diminta menyiapkan pasukan sebanyak 500 orang, gabungan Grup 1 berjumlah 265 orang dan Grup 2 yang berjumlah 235 orang. Tidak boleh lebih, tidak boleh kurang, begitu bunyi perintah. Kepada anak buahnya, Soegito hanya bilang bahwa Grup akan mengadakan latihan penerjunan Wibawa VIII di Dili. Dalam waktu relatif singkat, koordinasi dan latihan segera dilakukan dengan Grup 2 yang dipimpin Letkol Inf Soetarno.

Letjen KKO Hartono

KEMATIAN LETJEN KKO HARTONO MASIH MISTERI
JAKARTA - Seandainya Pemerintah Orde Baru mau berterus terang lewat berbagai argumentasi ilmiah, mungkin kematian Letnan Jenderal KKo (sekarang Marinir) Hartono yang sudah terjadi 28 tahun lalu tidak lagi menjadi bahan pembicaraan Negatif di kalangan rekan sejawatnya.
Korban yang dimakamkan secara militer di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta Selatan pada tanggal 7 Januari 1971 diduga meninggal di kediamannya jalan Prof Dr Soepomo akibat pembunuhan oleh orang tak dikenal. Bukan seperti yang dijelaskan secara tersembunyi oleh rezim Orde Baru sebagai bunuh diri dengan menggunakan senjata api pistol miliknya sendiri.